Gerai J.Co Jual 805 Juta Donat dan 52 Juta Cangkir Kopi dalam 10 Tahun - Kedai kopi dan donat asal Indonesia, J.Co pertama kali dibuka di Supermal Karawaci pada 2005. Banyak masyarakat yang tidak menyangka bahwa J.Co buatan anak Indonesia.
Publik juga sempat kaget, bahwa ide ini dicetuskan dari seorang penata rambut tersohor, Johny Andrean.
Johny sendiri juga awalnya tidak berharap banyak, walaupun dia kemudian bersyukur kedainya bisa diterima dan disambut antusias masyarakat.
Meski gagasannya adalah memadukan antara kopi dan donat, respon masyarakat justru cenderung pada donat itu sendiri.
Setelah ia membuka gerai kedua, ketiga dan seterusnya, ternyata penjualan donat yang paling mendominasi.
"Saya sempat ingin tahu ada berapa donat yang sudah terjual, ternyata ada 805 juta pieces. Itu dari pertama kali buka," ujar Johny di Mall @Alam Sutera, Tangerang, Kamis (12/5/2016).
Tentu saja, 805 juta donat merupakan angka yang fantastis sejak 10 tahun kedai ini berdiri.
Namun, kembali Johny menekankan bahwa konsep J.Co tidak hanya donat, tetapi juga kopi. Untuk itu, Johny memperdalam kemampuan, dan pengetahuan soal kopi.
Pada tahun-tahun pertama, Johny mengimpor biji kopi dari Italia. Ia mempercayai sebuah perusahaan roasting kecil di sana untuk mengirim sejumlah biji kopi ke Indonesia.
Karena lokasinya yang cukup jauh, pendistribusian memakan waktu 2 bulan. Bahkan tidak jarang biji kopi baru sampai di tangan bartender J.Co pada bulan ketiga.
Untuk sampai ke pelanggan, kopi yang sudah jadi ini paling tidak sudah berumur 4 bulan. Johny pun ingin mempersingkat umur biji kopi ini dengan mempelajari teknik roasting sendiri, mulai 3 tahun yang lalu.
Setelah bisa melakukan roasting biji kopi sendiri, Johny pun sadar kualitas kopi J.Co yang sekarang sangat jauh dibandingkan dengan yang dulu.
Saat impor dari Italia, kualitas biji kopi tersebut ternyata tidak selalu bagus. Menurut Johny, biji kopi yang ia terima bahkan dicampur dengan biji kopi yang sudah sedikit hangus.
Sementara saat ini, Johny mengklaim telah memiliki sistem roasting terbaik. Biji kopinya pun dipilih yang terbaik dari Sumatera, Sulawesi dan Jawa.
"Setelah itu baru tahu ternyata kopi harus fresh dan waktu penyajiannya cuma 2 minggu. Kualitas kita jadi naik tinggi sekali, saya jadi merasa bersalah dulu pernah menyajikan kopi sampai berbulan-bulan," sebut dia.
Tidak hanya sistem roasting dan biji kopi, Johny juga meningkatkan cara seduh kopi. Bartender-bartender pun mulai dilatih untuk menyeduh kopi terbaik di setiap cangkirnya.
Kini, kopi J.Co menjadi sesuatu yang penting dan tidak kalah dibandingkan donatnya.
"Mereka hitung berapa cup yang sudah terjual selama 10 tahun, hasilnya ada 52 juta cangkir," ungkap Johny.
Meski demikian, potensi untuk pengembangan J.Co baik dari donat maupun kopi, masih sangat besar.
Johny bertekad untuk mengembangkan donat dan kopi yang didukung dengan suasana santai tetapi tetap menyenangkan.(Berita Properti untuk Properti Indonesia)
Promotion: Rumah di Bintaro, Casa Bellevue Bintaro, rumah bangun cepat, nhome propertindo
Publik juga sempat kaget, bahwa ide ini dicetuskan dari seorang penata rambut tersohor, Johny Andrean.
Johny sendiri juga awalnya tidak berharap banyak, walaupun dia kemudian bersyukur kedainya bisa diterima dan disambut antusias masyarakat.
Meski gagasannya adalah memadukan antara kopi dan donat, respon masyarakat justru cenderung pada donat itu sendiri.
Setelah ia membuka gerai kedua, ketiga dan seterusnya, ternyata penjualan donat yang paling mendominasi.
"Saya sempat ingin tahu ada berapa donat yang sudah terjual, ternyata ada 805 juta pieces. Itu dari pertama kali buka," ujar Johny di Mall @Alam Sutera, Tangerang, Kamis (12/5/2016).
Tentu saja, 805 juta donat merupakan angka yang fantastis sejak 10 tahun kedai ini berdiri.
Namun, kembali Johny menekankan bahwa konsep J.Co tidak hanya donat, tetapi juga kopi. Untuk itu, Johny memperdalam kemampuan, dan pengetahuan soal kopi.
Pada tahun-tahun pertama, Johny mengimpor biji kopi dari Italia. Ia mempercayai sebuah perusahaan roasting kecil di sana untuk mengirim sejumlah biji kopi ke Indonesia.
Karena lokasinya yang cukup jauh, pendistribusian memakan waktu 2 bulan. Bahkan tidak jarang biji kopi baru sampai di tangan bartender J.Co pada bulan ketiga.
Untuk sampai ke pelanggan, kopi yang sudah jadi ini paling tidak sudah berumur 4 bulan. Johny pun ingin mempersingkat umur biji kopi ini dengan mempelajari teknik roasting sendiri, mulai 3 tahun yang lalu.
Setelah bisa melakukan roasting biji kopi sendiri, Johny pun sadar kualitas kopi J.Co yang sekarang sangat jauh dibandingkan dengan yang dulu.
Saat impor dari Italia, kualitas biji kopi tersebut ternyata tidak selalu bagus. Menurut Johny, biji kopi yang ia terima bahkan dicampur dengan biji kopi yang sudah sedikit hangus.
Sementara saat ini, Johny mengklaim telah memiliki sistem roasting terbaik. Biji kopinya pun dipilih yang terbaik dari Sumatera, Sulawesi dan Jawa.
"Setelah itu baru tahu ternyata kopi harus fresh dan waktu penyajiannya cuma 2 minggu. Kualitas kita jadi naik tinggi sekali, saya jadi merasa bersalah dulu pernah menyajikan kopi sampai berbulan-bulan," sebut dia.
Tidak hanya sistem roasting dan biji kopi, Johny juga meningkatkan cara seduh kopi. Bartender-bartender pun mulai dilatih untuk menyeduh kopi terbaik di setiap cangkirnya.
Kini, kopi J.Co menjadi sesuatu yang penting dan tidak kalah dibandingkan donatnya.
"Mereka hitung berapa cup yang sudah terjual selama 10 tahun, hasilnya ada 52 juta cangkir," ungkap Johny.
Meski demikian, potensi untuk pengembangan J.Co baik dari donat maupun kopi, masih sangat besar.
Johny bertekad untuk mengembangkan donat dan kopi yang didukung dengan suasana santai tetapi tetap menyenangkan.(Berita Properti untuk Properti Indonesia)
Promotion: Rumah di Bintaro, Casa Bellevue Bintaro, rumah bangun cepat, nhome propertindo
Tidak ada komentar