Investasi Properti di Mancanegara - Berinvestasi properti di mancanegara memang kurang diminati oleh investor asal Indonesia. Berdasarkan hasil survei hanya 2% responden yang menyatakan memiliki properti di mancanegara dan 10% responden yang berencana membeli properti di luar negeri.
Demikian hasil Property Sentiment Survey Triwulan I-2015, yang dilakukan Rumah.com, anak usaha PropertyGuru Group seperti dikutip Selasa (29/1/2015)
Meskipun jumlahnya tak besar, jenis properti yang diminati orang Indonesia di mancanegara antaralain kondominium 55% dan rumah 55%.
Negara yang menjadi incaran adalah Jerman (43%), Australia (33%), Amerika Serikat (24%), Singapura (21%), dan Malaysia (20%). Alasan mereka membeli properti di mancanegara adalah lingkungan yang lebih kondusif.
CEO PropertyGuru Group Steve Melhuish mengatakan sampai saat ini pasar properti Indonesia merupakan pasar yang unik. Sehingga tak mengherankan minat investor properti di dalam negeri masih dominan.
"Hal ini menjadi tantangan, terutama bagi pemerintah Indonesia, untuk dapat membuat program yang menguntungkan konsumen dalam membeli properti. Pemerintah Indonesia juga harus memastikan tersedianya suplai properti seiring meningkatnya permintaan properti yang makin masif," katanya.
Survei itu juga mencatat sebanyak 64% diantaranya merasa cukup puas dengan perkembangan iklim properti di Indonesia. Angka ini meningkat 12% dari kuartal sebelumnya yang hanya 52%
Jakarta - Alasan karena kenaikan nilai (capital gain) yang menjadikan properti masih menjadi elemen investasi yang menguntungkan. Selain itu, persepsi pasar properti di Indonesia dianggap sudah dibangun dengan baik.
Dari survei itu menunjukkan bahwa para responden yakin prospek di harga properti terus meningkat dimana pertumbuhan ini menguntungkan pasar properti. Sekitar 67% dari total responden menyatakan bahwa harga properti terus meningkat dalam enam bulan ke depan.
Properti komersial diprediksi bakal mengalami kenaikan harga paling signifikan dibanding properti jenis lain Isu bubble property yang berkembang belakangan ini ternyata ditanggapi dingin oleh sebagian besar responden. Sebanyak 55% responden menganggap Indonesia belum mengalami bubble Properti.
Untuk sektor komersial, sebanyak 18% responden telah memiliki properti untuk disewakan, dimana 58% berupa tanah dan 34% ritel. Sebanyak 53% responden menyatakan sudah memiliki tempat tinggal sendiri, dimana satu dari tiga responden berencana membeli tanah dan unit apartemen.
Tercatat 7 dari 10 responden merasa pemerintah telah membuat regulasi yang menjadikan harga rumah lebih terjangkau. Diantaranya adalah program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), yang memungkinkan masyarakat mencicil dengan bunga rendah, berkisar 8-9% saja dan berlaku tetap hingga pembeli rumah melunasinya. Hal ini memicu permintaan untuk membeli properti, dimana lebih dari 63% responden mengatakan mereka berniat untuk membeli properti dalam enam bulan ke depan.
Dalam hal pembiayaan rumah, sekitar 56% masih memilih pembiayaan dari bank konvensional dibandingkan bank syariah. Untuk sistem pembayaran, 78% responden memilih menggunakan kredit (KPR/KPA), sementara 22% membayar secara tunai.
Rumah.com, merupakan anak perusahaan PropertyGuru Group—Perusahaan Properti Online Terdepan di Asia—mengumumkan hasil Property Sentiment Survey kuartal-III yang mengungkap respon masyarakat terhadap kepuasan perkembangan pasar real estat di Indonesia.
Property Sentiment Survey adalah survei yang diadakan secara kuartal sebagai tolak ukur dari iklim pasar properti di Indonesia. Survei ini diambil secara keseluruhan, mulai dari persepsi harga di masa depan dan perencanaan untuk membeli properti serta persepsi upaya pemerintah selama ini dari 1.085 responden di Indonesia.(Properti Terbaru)
Demikian hasil Property Sentiment Survey Triwulan I-2015, yang dilakukan Rumah.com, anak usaha PropertyGuru Group seperti dikutip Selasa (29/1/2015)
Meskipun jumlahnya tak besar, jenis properti yang diminati orang Indonesia di mancanegara antaralain kondominium 55% dan rumah 55%.
Negara yang menjadi incaran adalah Jerman (43%), Australia (33%), Amerika Serikat (24%), Singapura (21%), dan Malaysia (20%). Alasan mereka membeli properti di mancanegara adalah lingkungan yang lebih kondusif.
CEO PropertyGuru Group Steve Melhuish mengatakan sampai saat ini pasar properti Indonesia merupakan pasar yang unik. Sehingga tak mengherankan minat investor properti di dalam negeri masih dominan.
"Hal ini menjadi tantangan, terutama bagi pemerintah Indonesia, untuk dapat membuat program yang menguntungkan konsumen dalam membeli properti. Pemerintah Indonesia juga harus memastikan tersedianya suplai properti seiring meningkatnya permintaan properti yang makin masif," katanya.
Survei itu juga mencatat sebanyak 64% diantaranya merasa cukup puas dengan perkembangan iklim properti di Indonesia. Angka ini meningkat 12% dari kuartal sebelumnya yang hanya 52%
Jakarta - Alasan karena kenaikan nilai (capital gain) yang menjadikan properti masih menjadi elemen investasi yang menguntungkan. Selain itu, persepsi pasar properti di Indonesia dianggap sudah dibangun dengan baik.
Dari survei itu menunjukkan bahwa para responden yakin prospek di harga properti terus meningkat dimana pertumbuhan ini menguntungkan pasar properti. Sekitar 67% dari total responden menyatakan bahwa harga properti terus meningkat dalam enam bulan ke depan.
Properti komersial diprediksi bakal mengalami kenaikan harga paling signifikan dibanding properti jenis lain Isu bubble property yang berkembang belakangan ini ternyata ditanggapi dingin oleh sebagian besar responden. Sebanyak 55% responden menganggap Indonesia belum mengalami bubble Properti.
Untuk sektor komersial, sebanyak 18% responden telah memiliki properti untuk disewakan, dimana 58% berupa tanah dan 34% ritel. Sebanyak 53% responden menyatakan sudah memiliki tempat tinggal sendiri, dimana satu dari tiga responden berencana membeli tanah dan unit apartemen.
Tercatat 7 dari 10 responden merasa pemerintah telah membuat regulasi yang menjadikan harga rumah lebih terjangkau. Diantaranya adalah program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), yang memungkinkan masyarakat mencicil dengan bunga rendah, berkisar 8-9% saja dan berlaku tetap hingga pembeli rumah melunasinya. Hal ini memicu permintaan untuk membeli properti, dimana lebih dari 63% responden mengatakan mereka berniat untuk membeli properti dalam enam bulan ke depan.
Dalam hal pembiayaan rumah, sekitar 56% masih memilih pembiayaan dari bank konvensional dibandingkan bank syariah. Untuk sistem pembayaran, 78% responden memilih menggunakan kredit (KPR/KPA), sementara 22% membayar secara tunai.
Rumah.com, merupakan anak perusahaan PropertyGuru Group—Perusahaan Properti Online Terdepan di Asia—mengumumkan hasil Property Sentiment Survey kuartal-III yang mengungkap respon masyarakat terhadap kepuasan perkembangan pasar real estat di Indonesia.
Property Sentiment Survey adalah survei yang diadakan secara kuartal sebagai tolak ukur dari iklim pasar properti di Indonesia. Survei ini diambil secara keseluruhan, mulai dari persepsi harga di masa depan dan perencanaan untuk membeli properti serta persepsi upaya pemerintah selama ini dari 1.085 responden di Indonesia.(Properti Terbaru)
Tidak ada komentar