Artikel Terbaru

Rumah Pori-Pori

Rumah Pori-Pori

Rumah Pori-Pori - Rumah sekaligus kantor ini menghadirkan fasad dinding berlubang dari bambu yang berfungsi sebagai pori-pori dan juga sebagai alat komunikasi visual bangunan dengan lingkungan.


Perwajahan mengisyaratkan makna dan fungsi dibalik Pori-Pori. Adagium ini sepertinya bisa berlaku pada desain rumah. Satu diantaranya terlihat pada rumah karya arsitek Budi Pradono, principal Budi Pradono Architects ini.

Komunikasi visual rumah dan lingkungan diciptakan dengan adanya halaman depan yang luas sebagai ruang publik. Komunikasi visual rumah dan lingkungan diciptakan dengan cara memberikan halaman depan luas sebagai ruang publik. Menurut Budi, fasad (muka rumah) menjadi bagian yang sangat penting sebagai alat komunikasi dengan lingkungan. Menurutnya, ia ingin mempertahankan spirit lahan rumah yang sejak dulu dijadikan tempat bermain bola bagi anak-anak sekitar.


Dinding batas bangunan ditarik ke belakang sejauh delapan meter untuk menciptakan area publik di halaman depan rumahnya, sehingga fungsi sosial untuk lapangan dan tempat acara akademik seperti diskusi komunitas grafis bisa dilangsungkan di sini.

Atas konsep rumahnya ini, serta menguatkan kesan arsitektur yang berbagi itu, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) mengapresiasi karya rumah tinggal ini sebagai pemenang IAI Award 2011 kategori hunian 0 – 200 m2.

Untuk menguatkan kesan area yang kosong (clear) di halaman depan, fasad rumahnya didesain berupa bidang dinding sederhana. Istimewanya dinding dibentuk dari komposisi potongan bambu yang disebutnya sebagai konsep dinding pori-pori.

Secara konsep, rumah ini dirancang memiliki kulit luar (secondary skin) berupa dinding berlubang yang berfungsi serupa pori-pori. Logikanya jika bangunan memiliki pori-pori berarti bangunan bisa bernafas. Sementara sebagai kulit pertama atau dalam dari bangunan dipasangi pintu-pintu kaca yang bisa dibuka-tutup secara memutar.

Suasana area kantor di lantai dasar terlihat dinding bambu sebagai kulit luar (secondary skin) dan pintu kaca sebagai kulit dalam bangunan. Suasana area kantor di lantai dasar terlihat dinding bambu sebagai kulit luar (secondary skin) dan pintu kaca sebagai kulit dalam bangunan. Kulit kedua berupa dinding dari potongan bambu yang disusun teratur saling menumpuk dari bawah hingga atap. Bambu dipilih sebagai material yang peka terhadap iklim. Potongan bambu dipasang tanpa paku tapi dipegang oleh kisi-kisi kayu horizontal yang mengapit di atas dan bawah.



Susunan bambu tidak rapat sehingga menghasilkan lubang-lubang yang dapat menembuskan cahaya dan angin ke dalam rumah. Ketika pintu kaca di bagian dalam dibuka, maka udara dapat mengalir dan rumah seolah bisa bernafas.

Area dan kulit pertama bangunan cukup luas, sehingga bisa digunakan sebagai beranda atau area merokok.

SOHO

Pemilik rumah yang berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini adalah pasangan suami istri Irwan Ahmett (36) dan Tita Salina. Kedua desainer grafis itu membutuhkan sebuah rumah sekaligus kantor untuk studio grafis milik mereka Ahmett Salina.

Program ruang SOHO (Small Office Home Office) dipilih sebagai solusi memenuhi kebutuhan pemilik. Hasilnya dialog antara area domestik dan area kerja menjadi bagian penting dari rancangan rumah ini.


Untuk menyediakan privasi bagi area domestik, pembagian zona dieksekusi secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal lantai dasar difungsikan untuk ruang-ruang kerja sebagai bagian dari kantor, sedangkan lantai atas untuk kamar tidur dan ruang duduk yang menjadi bagian dari rumah.

Secara horizontal ruang terbuka di bagian belakang yang berdampingan dengan taman menjadi area privat bagi penghuni. Sementara area terbuka bagi publik dilokasikan di halaman depan.

Bangunan dua lantai seluas 134,9 m2 di atas tanah 164 m2 ini seluruhnya menggunakan struktur baja, guna mempercepat proses pembangunan. Selain itu, dalam konteks visual struktur baja juga ditujukan untuk mengeksploitasi dinding rumah tetangga di sisi kiri dan kanan bangunan yang terlihat kokoh dan tinggi menjulang. Fisik bangunan ini terlihat seolah menjadi pengisi di antara bangunan lain.(Properti Indonesia)
Buka Komentar
Blogger
Disqus
Komentar

Tidak ada komentar

Advertiser